Kamis, 21 Mei 2015

Bandara

Selalu ada tujuan bagi setiap orang yang berpergian.
Pada setiap koper yang mereka tarik, ransel yang mereka pikul, tas tangan yang mereka genggam, disematkanlah tujuan pada setiap langkahnya. Masing-masing mempunyai tujuan yang berbeda. Beberapa diantaranya dengan lugas mengatakan pergi adalah proses untuk menemukan diri sendiri, tapi ada juga yang meniatkan pergi agar tau tempat untuk kembali. Aku sendiri tidak tahu pasti masuk ke golongan yang mana. Mungkin keduanya atau mungkin bukan keduanya.

Di setiap perjalanan, pastilah kita akan bersisipan dengan satu atau dua orang, atau bahkan lebih. Beberapa dari mereka mampu membuat kita terkenang, sisanya hanya sebagai pemanis saja. Tapi itulah yang aku nikmati dari setiap perjalanan, karena perjalanan bagiku berarti perjumpaan. Perkara nanti akan jadi masalah atau anugerah, yang jelas perjumpaan itu sendiri sudah menjadi berkah. 
Perjumpaan demi perjumpaan membuatku akhirnya memiliki sebuah hobi, yaitu menganalisis manusia. Rasanya bahagia sekali bisa melihat, mendengar, dan kemudian menganalisis manusia-manusia yang aku temui secara membabi buta. So if you ask me what my guilty plessure? I will tell you loudly, guessing human! Jahat engga sih?
Dan karena ruang tunggu bandara adalah rutinitas bagiku, maka disinilah lokasi paling strategis untuk menyalurkan hobi dan kesenanganku itu. Maka sembari menunggu, aku dengan senang hati melakukan observasi. Aku kadang suka lupa diri jika sudah begini. Pikiranku akan menjadi sangat liar dan tidak tahu diri. Aku bisa jadi sangat kejam didalam pikiran untuk menghakimi mereka. Jahat sih..

Seperti saat ini. Di hadapanku ada seorang lelaki berjas hitam dengan sepatu kulit, sibuk benar dia dengan handphonenya. Dari caranya berbicara di telfon dan lokasi tujuannya, aku bisa pastikan kalau dia adalah broker proyek. Hidupnya kemungkinan besar hanya didekasikan untuk meyakinkan orang-orang penting di pemerintahan agar mau memberinya proyek.Kasian aku dengan orang tipe ini.
Saat aku menolehkan kepala, aku melihat wanita menggunakan baju yang sangat tidak modis. Well, aku bukan fashion blogger tapi siapapun setuju bahwa jegging leopard warna coklat akan sangat aneh jika dipadukan dengan tank top warna ungu. Sepertinya dia hanya anak orang kaya baru yang baru mengalami pengalaman naik pesawat mentereng. Dari caranya berpakaian, caranya memegang handphone, dia berusaha keras menunjukan statusnya agar layak disebut kaya dan modern. Biasanya hanya orang-orang yang baru kenal dengan kekayaan saja yang mau bersikap begitu. Orang kaya betulan mana sudi sok pamer di ruang tunggu bandara?. Orang kaya beneran akan melenggang dengan anggunnya ke kelas bisnis tanpa perlu susah-susah show off.

“Panggilan terakhir untuk para penumpang dengan nomor penerbangan GA 456 tujuan Manokwari, diharapkan untuk segera naik ke pesawat melalui pintu nomor 5”

Oke cukup observasinya. 
Papua, aku datang lagi!

#31harimenulis
#1-31

Tidak ada komentar

© RIWAYAT
Maira Gall