Jumat, 03 Februari 2017

Dan demi semua paksaan-paksaan itu, aku berjanji akan tegar!

Solo yang nasibnya sama dengan Jogja, diguyur hujan sepanjang hari. Genangan air ada di mana-mana, ditambah angin yang membuat siapa saja ingin berdiam diri di rumah dan menyeruput wedang jahe.

***

Namanya Nabil, kenalkan. Dia adalah perempuan muda yang sekarang jadi rekan bisnis kreatif yang sedang kami rintis bersama-sama.

Seperti biasa, dia menjemput saya di stasiun Purwosari dan membawa saya ke tempat-tempat yang bisa didukuki cukup lama, dan memili Wi-Fi. Saat perjalan menuju ke lokasi makan, iseng saya bertanya padanya,
"Jadi apa sekarang teman-teman SMK kamu, Bil?".
Dia menjawab saya, "Aku kan SMKnya jaauh di ujung Solo, jadi ya mereka tuh paling kerja di Solo aja. Engga yakin jadi apa".
"Kok kamu masuknya SMK yang jauh?", kata saya penasaran.

"Waktu itu, bapakku yang maksa. Dia itu bilang, kalau nanti pas aku udah lulus SMK, kemampuan multimedia akan sangat dibutuhin. Jadi aku dipaksa gitu masuk situ. Dan kebetulannya, SMK itu punya jurusan multimedia yang bagus"

"Jadi ada sedikit faktor paksaan ya, Bil?"

"Iya bangeet! Tapi sekarang aku bersyukur sih. Aku baru banget ngerasain dampaknya. Untuuung aja aku dipaksa masuk sana." sambil tertawa.

Dari belakang jok motor, saya pun tertawa.

Dan merenung.

Hmm.. saya jadi merasa bahwa banyak hal-hal yang terjadi dalam hidup saya, justru berawal dari hal-hal yang tidak saya suka, tidak saya inginkan, bahkan saya sangat membencinya di awal. Tapi seiring berjalannya waktu, saya menjadi percaya bahwa sebagian besar hal-hal itu dipaksakan kepada saya untuk sebuah alasan. Seperti Nabil, beberapanya sudah saya pahami dan syukuri manfaatnya, sedangkan beberapanya sedang dalam proses untuk berubah menjadi baik.

Menariknya, saya tidak menemukan hal-hal yang dipaksakan oleh orang lain kepada saya. Semua yang saya alami, dan kerjakan adalah murni karena keinginan dan pilihan saya. Saya ini dipaksa, dipaksa oleh keadaan. Keadaanlah yang memaksa saya membuat pilihan ini dan itu, hingga mengantarkan saya pada diri saya hari ini.
Iya, keadaanlah yang memaksa.

Sebelum sampai ke tempat tujuan, saya hanya menimpali Nabil dengan, "Hidup, kadang kalau engga dipaksa sama orang, ya dipaksa sama keadaan, ya kan, Bil?"

Nabil hanya tertawa.

Solo yang menyenangkan sore ini, obrolan kami berjalan lancar, eksekusi akan segera dilakukan, dan sebuah cerita menarik dari Nabil dan paksaan bapaknya untuk masuk SMK yang membuat saya tersenyum.

Saya semakin yakin, keadaan akan memaksa saya agar menjadi kuat dari hari ke hari.


© RIWAYAT
Maira Gall